JAKARTA, KOMPAS.COM– Andreas Diantoro, Managing Director, ASEAN, Dell Global B.V, tersenyum lantaran tidak saja pertama kali merilis produk bikinan Dell, seri Streak sebagai yang pertama di Asean, tapi juga tablet Android pertama yang dirilis secara resmi di Indonesia. Negeri ini katanya, masih sangat kuat untuk menerima produk IT inovatif. Menurutnya lagi, penjualan ponsel maupun tablet bisa 10 kali lipat ketimbang PC desktop. “Kelak ada pergeseran dari netbook ke tablet,” tegasnya.
Bos Dell untuk kawasan Asia Tenggara yang berkantor di Jakarta ini bahkan punya banyak cerita. Kedua anaknya belakangan rajin benar main game dengan Dell Tablet. “Bisa lima jam,” serunya. Tak heran jika PSP pun ditinggalkan. begitu halnya Ello yang penyanyi itu, belum sampai seminggu memegang Dell Streak, sudah susah diajak gaul. Ia merasa asyik dengan tawaran aplikasi yang diberikan.
Begitulah, Android memang sedang naik daun. Kata Andreas percepatan penetrasinya bahkan menjadi sistem operasi nomor dua terlaku di seluruh dunia. Tak heran jika di pasaran dunia, banyak pabrika berlomba-lomba untuk merintis perangkat baru untuk memanjakan pengguna. Habis ponsel, terbitlah tablet. Dan, kebetulan, – bisa jadi- sangat terinspirasi oleh Apple.
Hawlett Packard misalnya, yang semula punya product portfolio ponsel Windows Mobile, belakangan bukannya merilis ponsel Android lebih dulu, namun tablet. Toshiba juga serupa. Dell pun tak bisa tinggal diam. Sebuah unit khusus bernama Communication Solution Group (CSG) dibentuk, untuk bertugas meneliti dan mengembangkan produk-produk berbasis telekomunikasi nirkabel. Lahirnya Dell Streak dengan layar lima inci tak lepas dari peran lembaga ini. “Di antara produk dengan layar empat inci dan 10 inci, kami memilih lima inci,” ujar Andreas. Banyak alasan mendukung pemilihan ini, salah satunya karena masih pocket size dan tak repot untuk dibawa. “Pas!” lanjut Andreas lagi.
Masih berderet lagi lainnya. Misalnya Archos yang bahkan telah menyiapkan beberapa varian berdasarkan ukuran layar yang berbeda. Juga produk-produk asal negeri tirai bambu yang namanya sungguh asing di telinga.
Tak lama lagi, Samsung Electronics Indonesia (SEIN) juga tengah kasak-kusuk secepatnya merilis Galaxy Tab. Bahkan seri ini disertai pengembangan pada sektor perangkat lunak. SEIN tengah serius membesarkan fasilitas aplikasinya, salah satunya koran dan majalah digital yang bisa dibolak-balik seperti halnya Anda membaca koran atau majalah tradisional. Mengiring selanjutnya buku.
Samsung Galaxy Tab memiliki layar lebih lebar, tujuh inci. Jika tak meleset maka pada Oktober ini, Anda bisa mendapatkan dua tablet Android di pasaran dengan spesifikasi yang berbeda.
Tablet Android, memang mengedepankan fungsi akses internet dalam bentuk apapun (social network, browsing, download, dll). Namun fungsi telefoni tetaplah ada. Ini yang membedakan dengan iPad. Namun, menurut Andreas, tak ada saling rebut pasar. Sebab, tablet Android punya daya tarik sendiri. Khususnya pada open source-nya itu.
Era tablet Android memang masih baru permulaan. Para vendor tentu haruslah bersiasat. Sebab bisa jadi kelak malah terjadi over stock di pasar oleh berbagai brand. Dua brand lokal, SkyBee dan CSL menunda perilisan tabletnya.
Merilis memang mudah dan cepat, namun strategi yang terintegrasi antara hardware dan software tetaplah penting. Bahkan pelibatan kelompok tertentu seperti komunitas bisa jadi resep tambahan untuk melajukan penjualan. (ANDRA/FORSEL)