JAKARTA, KOMPAS.COM – Mobile advertising dan marketing yang menggunakan media seluler semakin menampakkan fungsi sesungguhnya. Perpaduan antara kreativitas berpromosi (iklan produk maupun layanan) dengan kecepatan penyampaian pun kesesuaian target menjadi keunggulan media ini. Memang tak akan menggantikan peran seorang tenaga pemasaran, namun harus diakui untuk bisnis retail fasilitas ini sangat membantu.
Tempo hari operator O2 Inggris merilis layanan baru bernama Location-based Mobile Marketing (LBMM) menggunakan fitur SMS dan MMS. Starbucks dan L’Oreal menjadi klien pertama yang sudah beberapa bulan menikmati fasilitas tersebut. Selama enam bulan masa trial, pelanggan O2 yang menyukai produk gerai kopi dan personal care itu bisa memperoleh informasi lebih cepat. Tentu saja konsumen mereka adalah pilihan berdasarkan gender, umur, tingkat ketertarikan, dan lokasi di mana mereka berada.
O2 sendiri menggunakan teknologi bernama ‘geo-fencing’. Dengan teknologi ini operator dapat mendeteksi di mana konsumen seperti yang diharapkan oleh kliennya berada. Harapannya bisa orang-orang yang tinggal di kawasan tertentu yang menjadi target pemasaran, atau bisa juga membidik konsumen yang kebetulan berada tak jauh dari gerai di mana klien tengah menawarkan produknya.
Managing Director O2 Media, Shaun Gregory mengatakan, “Perkembangan location-based service akan menjadi era emas di mana model pemasaran akan lebih tepat sasaran. Hal ini juga akan memberikan kesempatan para konsumen untuk memperoleh hal-hal yang relevan dengan kebutuhannya. Potensinya sangat besar – semantara di Amerika telah mengalami keberhasilan.”
Sebelumnya, O2 telah melakukan pendekatan kepada Adidas,Cadbury, Blockbuster, Interflora dengan layanan khas dan khusus seperti kemauan perusahaan tersebut. Mereka juga membidik konsumen yang sesuai dengan personifikasi yang diinginkannya (unique customer). Kisah sukses lainnya bisa diperoleh dari cerita NetWest yang melakukan kampanye pada konsumen iPhone untuk mempromosikan layanannya pada Apps Store. Hasilnya, sebanyak 26 persen dari para konsumen target tersebut memberikan respon baik.
Pengalaman O2 bisa jadi pelajaran berharga bagi operator lokal dan industri secara keseluruhan. Bahwa investasi untuk iklan dan promosi yang begitu mahal kerap kali justru tidak efektif dan efisien. Kadang juga tak sesuai target. Model informasi produk seperti ini tentulah bisa jadi pilihan. Selain tentu saja untuk melebarkan sayap operator menjadi MASP (mobile advertising service provider). (ANDRA/FORSEL)