Elevo Cocoon Mantis A10116
Nama produk ini mengingatkan kita pada sebuah merek yang telah popular, Elevo. Sebenarnya netbook yang satu ini merupakan produk lokal yang didesain di Singapura dan mulai diperkenalkan saat pameran Mega Bazaar 2009 lalu. Karena merupakan barang yang benar-benar baru, baik dari sisi produk maupun merek, Elevo seri Cocoon Mantis ini membutuhkan sesuatu yang bisa membuat konsumen terpikat. Faktor desain pun diperkuat agar Mantis tampil beda di antara para kompetitornya. Sebagus apakah itu?
APPLE LED CINEMA DISPLAY 24
Kemajuan teknologi monitor LCD dewasa ini sangat pesat, terutama bagi pecinta monitor LCD berlayar besar. Bagi anda para pengguna Apple iMac, mungkin senada dengan perkataan orang bijak: “Brilliant. In more ways than one”. Dengan Apple LED Cinema Display 24″ MB382ZP/A, para pengguna Apple dapat menikmati sajian visual yang berbeda dari sebelumnya. Apple mengklaim sebagai perusahaan pertama yang menggunakan LED (Light Emmiting Diode) untuk seri Apple Cinema Display ini, dimana teknologi LED ini berada satu tingkat diatas teknologi LCD biasa karena LED mampu menghasilkan grafis yang lebih tajam namun lebih hemat daya dibandingkan dengan LCD. Tidak tanggung-tanggung, Apple Cinema Display terbaru ini berukuran 24 inchi.
Telah lebih dari empat tahun sejak Apple mengeluarkan monitor LCD terakhirnya untuk desktop yang berukuran 30 inchi yakni Cinema HD Display. Disertai dengan hadirnya ukuran 20 dan 23 inchi pada saat itu, Apple ikut mengakhiri penggunaan Apple Display Connector dan diganti dengan menggunakan standar koneksi DVI. Untuk Apple Cinema Display terbaru ini, Apple mempergunakan teknologi terbaru mereka yakni Mini DisplayPort yang kontroversial karena digunakan dan tersedia hanya pada produk Apple (Mini DisplayPort didasarkan kepada teknologi DisplayPort yang dikembangkan oleh VESA).
Dell M109S
Apa yang ada di benak anda bila melihat sebuah proyektor hanya dengan berat 360g? Mungkin anda akan bertanya-tanya benarkah ini sebuah proyektor? Dell mendesain sebuah proyektor seri M109S yang mungil ini agar mudah dibawa bagi anda yang mobile, serta mudah digunakan. Dengan model yang stylish dengan katup cahaya (Light Valve) Single-chip 0.45” SVGA DMD Type Y yang membantu anda dalam mencari ide-ide yang cemerlang sekaligus menyenangkan. Dengan ukuran yang mungil menyerupai kamus saku, M109S merupakan asisten pribadi anda untuk presentasi dan pertemuan penting anda bersama kolega.
Keraguan anda akan hilang begitu proyektor ini anda hubungkan (Multi-Input Cable) dengan notebook anda, bantuan M109S sebagai asisten pribadi akan membuat anda merasa lebih nyaman dan efektif. Proyektor ini memang sangat cocok bagi pebisnis yang mobile dan juga untuk pengguna pribadi, Dell M109S didesain untuk menghasilkan tulisan serta kualitas warna yang sesungguhnya dengan terintegrasinya tekhnologi DLP® dan teknologi BrilliantColor™.
Spectra Vertex DX2, Minicam HD
Popularitas High Definition (HD) kini telah semakin meningkat seiring tingkat kenyamanan yang ditawarkannya (sekaligus semakin terjangkaunya harga perangkat HD). Belum matangnya teknologi Full-HD (khusunya pada perangkat genggam seperti camcorder) telah membuat teknologi HD yang setingkat di bawahnya lebih populer. Spectra sebagai salah satu produsen gadget juga turut memperkenalkan minicam yang sudah kompatibel pada modus HD, seperti seri Vertex DX2 yang InfoKomputer coba ini.
Sepintas desain Vextex DX2 mirip camcorder sejenis. Namun setelah ditilik lebih jauh nyatalah bahwa produk Spectra ini ringan (hanya 294 gram) sehingga memudahkan mengoperasikannya dengan satu tangan.
Ringannya minicam ini agaknya dibentuk oleh salah satu faktor seperti penggunaan media penyimpan berupa kartu memori SD/MMC yang saat ini amat populer. Sayang, Vertex DX2 hanya mampu menangani kartu memori SD dengan kapasitas maksimal 8GB. Sementara layar monitor LCD 3”-nya dapat diputar sampai 270 derajat untuk memungkinkan pengambilan gambar secara lebih fleksibel.
Canon PowerShot A2000IS
Ixus? Ya, fisik kamera point-and-shoot 10 megapixel seri PowerShot ini sekarang serupa Ixus. Badannya menipis, rata, tanpa tonjolan grip yang dulu menjadi ciri khas seri PowerShot. Di satu sisi, ini menyenangkan karena kamera bisa dimasukkan ke saku baju atau tas kamera tanpa mengganggu. Namun ketipisan badan akibat absennya grip ini menyebabkan kurang mantapnya genggaman kamera. Agak sulit mengoperasikan kamera dengan satu tangan.
Mirip Ixus, PowerShot A2000IS meniadakan viewfinder—sesuatu yang bermanfaat, tetapi biasanya jarang dimanfaatkan. Sebagai gantinya, hadir LCD 3” yang menyita tigaperempat bagian belakang badan kamera. Di layar dengan sudut pandang yang lebar dari kiri ke kanan ini, segala sesuatunya tampak jelas dan jernih nyaris. Sayang di luar ruang pada saat matahari cukup terik, layar tersebut masih kurang mumpuni—sehingga kami kembali mendambakan adanya viewfinder.
Laiknya seri PowerShot tipe A, 2000IS bisa dioperasikan tanpa mengerutkan kening berkat fasilitas yang nyaris serba otomatis. Untuk bidikan serba otomatis, ada tambahan baru, yakni moda Easy (icon hati merah pada Dial Mode). Pada moda ini, semua pengaturan akan dilakukan kamera. Yang tersisa hanyalah pilihan untuk mengaktifkan/nonaktifkan blitz. O ya, terkait dengan blitz, waktu pengisian ulang blitz kini sudah lebih cepat, sekitar 4 detik.
Olympus mju1060
Produsen kamera sepertinya saling berlomba memunculkan beragam kamera digital mereka untuk memperluas produk di mata konsumen. Namun seringkali seri awal dan kelanjutnya memiliki fitur yang sama. Kalau pun berbeda, seringkali hanya pada hal yang kurang berarti seperti penambahan resolusi. Begitu seri mju 1060 dari Olympus ini. Pada dasarnya, teknologi dan fitur model ini sama dengan seri sebelumnya. Namun, mju 1060 hadir tidak hanya dengan resolusi 10 megapixel, melainkan juga dengan kemampuan zoom optis yang lebih tinggi dibandingkan produk sekelasnya.
Mju 1060 masih menyertakan fungsi-fungsi standar kamera digital termasuk juga fitur scene untuk membantu membidik obyek sesuai kondisi tertentu. Terdapat 21 skema pemotretan sesuai kondisi lapangan, beberapa di antaranya bahkan berbeda dibandingkan kompetitor kebanyakan. Beberapa scene unik ini bisa dtemui pada skema “Behind the Glass” untuk memotret benda di belakang kaca atau etalase, “Documents” untuk memotret tulisan atau surat-surat penting, “Auction” untuk memotret barang-barang yang dilelang, dan “Smile Shot” yang memungkinkan kamera memotret secara otomatis ketika orang yang menjadi obyek foto tersenyum. Unik bukan?
Toshiba TDM-8360
Sebenarnya agak janggal juga produsen yang lebih dikenal dengan produk notebooknya menghadirkan sebuah kamera digital, namun Toshiba memang berkeinginan melengkapi konsumen notebook mereka dengan peranti pendukung mobilitas. Dengan alasan inilah mereka menciptakan produk-produk pelengkap yang disebutnya sebagai “must-have gadgets” seperti juga kamera Toshiba seri TDM-8360 beresolusi 8 megapixel ini. Inilah kamera kompak debutan Toshiba yang dimunculkan sebagai pelengkap gadget pengguna notebook.
Tidak ada hal istimewa yang mudah terlihat dari fisik kamera ini jika dibandingkan dengan produk sekelas. Satu-satunya yang membuat unik mungkin hanya bentuk tombol navigasi yang lebih mirip keypad pada ponsel. Sebenarnya layar LCD 3” pada kamera ini terasa lega dilihat, namun pencahayaan displainya tergolong terlalu kuat dan menyilaukan. Hal serupa terjadi pula pada hasil foto dengan blitz yang menghasilkan gambar dengan cahaya yang terlalu berlebih (over).
Edifier HCS2230
Tidak banyak model ”component” yang dihadirkan Edifier sebagai speaker serba guna untuk memenuhi kebutuhan home audio yang praktis namun tetap mantap. Seri HCS2230 ini merupakan salah satu produknya. Seperti juga model component lainnya, Edifier sengaja memisahkan unit amplifier dari sistem 2.1 ini untuk memudahkan pengaturan speaker agar mencapai efek suara yang diinginkan. Speaker ini sendiri menawarkan daya output total sebesar 44 watt RMS (tergolong dalam taraf sedang) untuk memenuhi kebutuhan audio rumahan.
SonicGear Ego8
Kebanyakan speaker konvensional yang beredar di pasaran hanya memiliki tombol putar untuk mengontrol suaranya. Nah, bagaimana bila navigasinya memakai teknologi sensor sentuh? Sudah pasti akan tampil berbeda dan lebih berkelas bukan? Inilah yang ditonjolkan SonicGear pada speaker 2.1 seri terbaru mereka, Ego8. Ego8 sendiri memiliki karakter desain yang cantik dengan polesan hitam mengilap yang terkesan mewah. Desain ini berpadu ”apik” dengan displai equalizer pada kotak subwoofernya.
Untuk lebih memberikan kesan elegan, tweeter pada kedua speaker satelitte Ego8 dilingkari LED berwarna biru sehingga amat menarik ketika dihidupkan. Speaker Satelitte-nya sendiri menggunakan driver berukuran 2,75” yang diberi bingkai putih agar terkesan serasi dengan tweeternya. Namun demikian, pusat perhatian pada perangkat ini justru lebih tampak di bagian subwoofer yang memiliki tombol kontrol sentuh plus indikator penunjuk volume, bass, treble, dan equalizer. Bagusnya, masing-masing fungsi ini ditampilkan dalam warna yang berbeda agar mudah dipantau. Sayang sekali keindahan ini kurang ditunjang kelengkapan standar seperti tidak adanya fasilitas berupa port mic, earphone, dan AUX untuk koneksi ke player lainnya.
SilverStone Zeus 1200W
Sebagian besar awam mungkin menyebut PSU berdaya 1200 watt terlalu mengada-ada, buat apa dukungan sebesar itu? Yah, faktanya tetap ada konsumen tertentu yang membuat PC high-end sedemikian rupa sehingga butuh pasokan daya yang lebih bertenaga. SilverStone pun menjawab kebutuhan tersebut dengan menghadirkan seri Zeus dengan kemampuan suplai daya hingga 1200 watt. Besar sekali bukan? Mereka yang hobi atau gemar utak-atik PC pasti tertarik dengan PSU seperti ini.
Untuk mendukung daya output hingga 1200 watt, Zeus 1200W memakai hingga 6 buah rail +12V dengan daya total hingga 95 ampere. Lucunya, PSU ini bisa mengubah multi-rail menjadi rail tunggal (single +12V rail) dengan menekan switch dibagian samping. Pada paket yang kami terima switch ini tampak ditutup plester garansi dan secara default memakai sistem multi rail. Kemampuan daya yang besar membuat Zeus disesakin beragam komponen elektrik yang membuat dimensi PSU lebih panjang dan berat (3,2kg) dibandingkan PSU konvensional. Toh begitu, Zeus 1200W memakai sudah memakai transformer generasi baru yang ukurannya lebih kecil namun memiliki kemampuan menghasilkan arus yang besar.
Zotac 9400GT
Dari segi penampilan, kartu grafis Zotac 9400GT ini terlihat biasa-biasa saja. Tampil dengan desain referensi dan heatsink dengan ukuran tidak terlalu besar yang bentuknya mirip dengan heatsink yang dipakai oleh PowerColor HD4650, namun dengan kipas yang lebih besar.
Zotac 9400GT yang berbasis chip GeForce G96 ini menggunakan kecepatan yang menyesuaikan dengan spesifikasi standar yang dikeluarkan oleh nVidia. Sesuai dengan kelas yang dituju, kartu grafis ini memang tidak menawarkan kecepatan memori yang cepat karena Zotac membekali kartu grafis ini dengan memori DDR2 saja.
Biostar TA790GX-128M
Tampaknya Biostar memiliki ekspektasi yang tinggi pada chipset AMD790GX. Selain cocok untuk membangun sebuah PC multimedia, chipset ini juga menawarkan kinerja yang tinggi dan disertai dengan harga yang terjangkau. Hal ini sepertinya yang membuat Biostar menghadirkan beberapa varian bagi chipset tersebut, termasuk versi TA790GX 128 yang kami uji kali ini. Jika dilihat sekilas, tampilan maupun fitur motherboard ini mirip dengan seri TA790GX3-A2+ yang kami uji bulan sebelumnya. Perbedaannya cuma pada dukungan Side Port Memory yang menggunakan tipe DDR2 128MB. Sekadar mengingatkan, Side Port adalah memori yang ditanamkan di motherboard untuk membantu kinerja chip grafis onboard, sehingga tidak perlu berbagi lagi dengan memori utama.
Secara teori, penambahan Side Port ini seharusnya menambah kinerja motherboard ini, utamanya pada performa 3D-nya. Namun hasil pengujian kami justru menunjukkan hasil sebaliknya. Pada pengujian 3DMark 2006 dan Doom 3, performa TA790GX 128 ini sedikit lebih rendah dibanding TA790GX3-A2+ yang tidak menggunakan SidePort. Jika dibandingkan dengan PCP+ 790GX-A07 yang juga menggunakan Side Port, performa TA790GX 128 juga tidak lebih baik. Untungnya ketertinggalan ini dibalas pada kemampuan overclock-nya. Cuma menggunakan pendingin standar tanpa mengotak-atik voltase, kami bisa meningkatkan FSB ke angka 380MHz, salah satu yang tertinggi di platform AMD.