VIVAnews – Bakrie Telecom, operator telekomunikasi yang selama ini selalu menyasar pangsa pasar kelas menengah ke bawah, akan melakukan ekspansi ke segmen atas melalui anak perusahaannya di bidang data, Bakrie Connectivity.
Hal itu diungkapkan oleh Wakil Direktur Utama Bakrie Telecom, Erik Meijer, di sela peluncuran Hape Esia Starlight, di Epicentrum Walk Kuningan, Jakarta Selatan.
Saat ditanya apakah BTel berniat untuk meluncurkan sebuah smartphone yang notabene memiliki pasar pengguna yang berada di kelas yang lebih tinggi, Erik mengatakan, “Kami tengah mempertimbangkan hal itu.”
Kini, kata Erik, BTel memiliki lebih dari 11,1 juta pelanggan di seluruh Indonesia. Menurut riset yang terakhir dari Roy Morgan, pelanggan BTel mencapai sekitar 10 persen dari pangsa pasar pelanggan selular.
Menurut EVP Marketing, Product & CRM Bakrie Telecom Ridzky Kramadibrata, kini Bakrie Telecom merupakan pemimpin pasar di segmen CDMA di daerah Jakarta dan Jawa Barat.
Rata-rata konsumsi voice dari pelanggan Esia adalah sekitar 250 menit per bulan. Ini meninggalkan rata-rata konsumsi voice pelanggan GSM yang berada di kisaran 85 menit per bulan.
Setelah mencapai penetrasi pengguna yang tinggi, kata Erik, operator musti berinovasi untuk meningkatkan Average Revenue per User (ARPU). Kebutuhan untuk itu masih ada. “Sekitar 50 persen belum memiliki ponsel kelas menengah ke atas. Dengan AHA kita sedang mencoba melirik ke arah sana.”
Melalui layanan data EVDO-Rev A (3,75 G), AHA (Affordable Hyper-Speed Access), pasar akan digiring untuk mulai meningkat ke handset-handset high-end. “Kita hanya mengikuti tren pasar. Kebutuhan data semakin meningkat,” kata Erik.
Walaupun baru diluncurkan Juni lalu, pelanggan AHA sudah cukup besar, yakni lebih dari 40 ribu orang. Menurut Ridzky, ada tiga kota yang mengalami perkembangan yang cukup signifikan dalam hal jumlah pelanggan AHA, yaitu Surabaya, Bandung, dan Yogyakarta.
Tapi target perusahaan masih harus terus dikejar. Hingga akhir tahun, BTel berharap pelanggan AHA akan melampaui 100 ribu pelanggan. Kontribusi data terhadap pendapatan BTEL pun masih terlalu kecil.
Kontributor terbesar saat ini, kata Erik, masih dipegang oleh Value Added Service (seperti Ring Back Tone, unduhan musik, dan lain-lain). Kontribusi sektor ini melebihi 10 persen dari seluruh pendapatan BTel.(ywn)
• VIVAnews