Quantel X10
Mungkin banyak yang belum mengenal nama netbook Quantel meskipun pabrikan asal Taiwan ini merupakan pemasok komputer mobile ternama. Sebabnya boleh jadi karena Quantel kurang cepat merasuki konsumen Indonesia yang seringkali lebih percaya pada merek yang pertama masuk atau sudah lama mereka kenal. Meskipun demikian, Quantel yang baru diperkenalkan di Indonesia tahun 2007 lalu sebenarnya bukan merek “karbitan” karena di luar negeri namanya sudah cukup berkibar. Quantel sendiri berani menghadirkan produk berkualitas dengan harga yang cukup miring dibandingkan kompetitornya melalui seri Quantel X10 ini.
Sebelumnya Quantel hanya menghadirkan netbook dengan prosesor AMD LX800. Namun, kini model dengan CPU Intel Atom juga hadir meramaikan pasar komputer jinjing. Seri X10 merupakan varian dengan prosesor Atom N270 seperti netbook umumnya. Namun di seri ini, Quantel menghadirkannya dengan ciri fisik yang menarik. Salah satunya dengan menawarkan pilihan warna cover hitam glossy, hijau apel, dan kuning metalik yang memikat mata. Susunan keyboard pun, meskipun tergolong kecil, terlihat informatif dengan pembedaan warna pada fitur Function (Fn). Kesemua tombol ini sangat nyaman ditekan (termasuk juga touchpad-nya yang berukuran kurang dari 6 cm). Satu hal yang kami sukai adalah disediakannya deretan shortcut multimedia yang jarang disertakan pada netbook lain.
Dell Studio Hybrid 140g
Tren rusunami dan rumah mungil yang kini populer agaknya ikut mempengaruhi bentuk komputer modern yang kini banyak hadir dalam bentuk yang mini. Bagaimanapun juga, ruangan yang sempit memang terlalu sesak untuk sebuah PC desktop konvensional. Di sinilah kemudian kelebihan PC yang mungil dan sedap dipandang mata menjadi terasa maknanya. Dan seperti tak mau ketinggalan dengan pabrikan lainnya, Dell menawarkan seri Studio Hybrid untuk konsumen yang lebih suka komputer berukuran ringkas.
Tak hanya ringkas, unit Studio Hybrid ini juga tampil cantik dengan pembungkus transparan warna-warni yang “centil” dan bentuknya yang membulat lonjong; sekilas amat mirip dengan storage eksternal WD My Book yang populer tersebut. Paket Studio Hybrid juga sudah lengkap dengan monitor LCD 20” tipe layar lebar plus keyboard dan mouse nirkabel yang tak kalah menarik. Bagusnya, monitor yang juga dari Dell ini telah mendukung resolusi Full-HD 1920×1080 pixel dan dilengkapi dengan 3 koneksi displai: RGB, DVI, dan HDMI.
Samsung CLX-3175FN
Jika dibandingkan dengan printer laser biasa, printer multifungsi mengalami penyusutan fisik yang signifikan, sementara fungsi yang diusungnya lebih beragam. Hal inilah yang kita bisa lihat melalui Samsung CLX-3175FN. Ini adalah sebuah multifungsi laser warna yang dimensinya cuma 41,4×37,3 cm, padahal fungsinya meliputi printer, scanner, copier, dan fax. Sebagai kelengkapan tambahan disertakan pula koneksi jaringan sehingga cocok digunakan pada perkantoran kecil.
Salah satu fitur menarik muncul pada fungsi ID Copy yang berguna untuk memudahkan penggandaan kartu identitas (seperti KTP atau KTM) secara bolak-balik. Namun alih-alih melakukannya secara manual, fasilitas ID Copy melakukannya secara otomatis. Jadi caranya tinggal scan sisi depan, balik, scan sisi belakang, dan printer akan mencetaknya dalam satu kertas. Praktis dan hemat tempat. Di printer ini juga tersedia fasilitas direct USB (untuk mencetak langsung dari USB) dan pictbridge (cetak langsung dari kamera).
LG Flatron W2252TE
Kali ini LG kembali melakukan inovasi untuk jajaran monitor LCD mereka dengan memasukkan unsur peduli lingkungan pada seri Flatron W2252TE. Sekilas produk ini amat mirip dengan seri sebelumnya (model W2252TQ) termasuk dalam sederetan spesifikasinya. Namun pada seri W2252TE ini, LG sengaja membuatnya menjadi lebih hemat listrik. Pasalnya, perangkat ini hanya mengkonsumsi listrik sebesar 22 watt saja, sekitar 50% lebih rendah dari monitor LCD umumnya di kelas yang sama. Untuk pemakaian jangka panjang, monitor seperti ini jelas akan mengurangi tagihan listrik Anda.
AOC F22
Rupanya monitor LCD dengan dukungan resolusi Full-HD pelan namun pasti mulai bermunculan. Contohnya seperti seri F22 dari AOC ini. Resolusi Full-HD sendiri menawarkan detil yang tinggi, yang sementara ini telah dipenuhi oleh film berformat Blu-ray. AOC F22 sendiri menjadi salah satu pilihan LCD dengan kompatibilitas Full-HD progresif yang menawarkan resolusi video tertinggi untuk ukuran layar 22”, meskipun panjang diagonal monitor ini ternyata hanya sekitar 21,5”.
Telebit Klein2
Konsep PC all-in-one sepertinya semakin populer belakangan ini. Setelah bulan lalu kami menguji HP Touchsmart, kini kami kedatangan PC All-in-one dari Telebit yang disebut Klein2—meski keduanya tidak patut dibandingkan. HP Touchsmart harganya Rp 20 juta dan menyasar gaya hidup modern, sedangkan Telebit Klein2 ini cuma US$ 365 sehingga lebih cocok bagi warnet atau kantor yang membutuhkan PC ringkas dengan harga terjangkau.
Sekadar mengingatkan, PC All-in-One adalah sebuah PC yang menempatkan komponen pendukung di belakang monitor. Dengan begitu, PC menjadi satu kesatuan yang ringkas dan irit tempat—sesuai dengan gaya hidup masa kini yang praktis sekaligus hemat tempat. Desain ini menjadi mungkin juga karena komponen yang digunakan adalah komponen untuk notebook, sehingga lebih “dingin” dan dapat dipasang di belakang monitor.
Elevo Cocoon Mantis A10116
Nama produk ini mengingatkan kita pada sebuah merek yang telah popular, Elevo. Sebenarnya netbook yang satu ini merupakan produk lokal yang didesain di Singapura dan mulai diperkenalkan saat pameran Mega Bazaar 2009 lalu. Karena merupakan barang yang benar-benar baru, baik dari sisi produk maupun merek, Elevo seri Cocoon Mantis ini membutuhkan sesuatu yang bisa membuat konsumen terpikat. Faktor desain pun diperkuat agar Mantis tampil beda di antara para kompetitornya. Sebagus apakah itu?
APPLE LED CINEMA DISPLAY 24
Kemajuan teknologi monitor LCD dewasa ini sangat pesat, terutama bagi pecinta monitor LCD berlayar besar. Bagi anda para pengguna Apple iMac, mungkin senada dengan perkataan orang bijak: “Brilliant. In more ways than one”. Dengan Apple LED Cinema Display 24″ MB382ZP/A, para pengguna Apple dapat menikmati sajian visual yang berbeda dari sebelumnya. Apple mengklaim sebagai perusahaan pertama yang menggunakan LED (Light Emmiting Diode) untuk seri Apple Cinema Display ini, dimana teknologi LED ini berada satu tingkat diatas teknologi LCD biasa karena LED mampu menghasilkan grafis yang lebih tajam namun lebih hemat daya dibandingkan dengan LCD. Tidak tanggung-tanggung, Apple Cinema Display terbaru ini berukuran 24 inchi.
Telah lebih dari empat tahun sejak Apple mengeluarkan monitor LCD terakhirnya untuk desktop yang berukuran 30 inchi yakni Cinema HD Display. Disertai dengan hadirnya ukuran 20 dan 23 inchi pada saat itu, Apple ikut mengakhiri penggunaan Apple Display Connector dan diganti dengan menggunakan standar koneksi DVI. Untuk Apple Cinema Display terbaru ini, Apple mempergunakan teknologi terbaru mereka yakni Mini DisplayPort yang kontroversial karena digunakan dan tersedia hanya pada produk Apple (Mini DisplayPort didasarkan kepada teknologi DisplayPort yang dikembangkan oleh VESA).
Dell M109S
Apa yang ada di benak anda bila melihat sebuah proyektor hanya dengan berat 360g? Mungkin anda akan bertanya-tanya benarkah ini sebuah proyektor? Dell mendesain sebuah proyektor seri M109S yang mungil ini agar mudah dibawa bagi anda yang mobile, serta mudah digunakan. Dengan model yang stylish dengan katup cahaya (Light Valve) Single-chip 0.45” SVGA DMD Type Y yang membantu anda dalam mencari ide-ide yang cemerlang sekaligus menyenangkan. Dengan ukuran yang mungil menyerupai kamus saku, M109S merupakan asisten pribadi anda untuk presentasi dan pertemuan penting anda bersama kolega.
Keraguan anda akan hilang begitu proyektor ini anda hubungkan (Multi-Input Cable) dengan notebook anda, bantuan M109S sebagai asisten pribadi akan membuat anda merasa lebih nyaman dan efektif. Proyektor ini memang sangat cocok bagi pebisnis yang mobile dan juga untuk pengguna pribadi, Dell M109S didesain untuk menghasilkan tulisan serta kualitas warna yang sesungguhnya dengan terintegrasinya tekhnologi DLP® dan teknologi BrilliantColor™.
Spectra Vertex DX2, Minicam HD
Popularitas High Definition (HD) kini telah semakin meningkat seiring tingkat kenyamanan yang ditawarkannya (sekaligus semakin terjangkaunya harga perangkat HD). Belum matangnya teknologi Full-HD (khusunya pada perangkat genggam seperti camcorder) telah membuat teknologi HD yang setingkat di bawahnya lebih populer. Spectra sebagai salah satu produsen gadget juga turut memperkenalkan minicam yang sudah kompatibel pada modus HD, seperti seri Vertex DX2 yang InfoKomputer coba ini.
Sepintas desain Vextex DX2 mirip camcorder sejenis. Namun setelah ditilik lebih jauh nyatalah bahwa produk Spectra ini ringan (hanya 294 gram) sehingga memudahkan mengoperasikannya dengan satu tangan.
Ringannya minicam ini agaknya dibentuk oleh salah satu faktor seperti penggunaan media penyimpan berupa kartu memori SD/MMC yang saat ini amat populer. Sayang, Vertex DX2 hanya mampu menangani kartu memori SD dengan kapasitas maksimal 8GB. Sementara layar monitor LCD 3”-nya dapat diputar sampai 270 derajat untuk memungkinkan pengambilan gambar secara lebih fleksibel.
Canon PowerShot A2000IS
Ixus? Ya, fisik kamera point-and-shoot 10 megapixel seri PowerShot ini sekarang serupa Ixus. Badannya menipis, rata, tanpa tonjolan grip yang dulu menjadi ciri khas seri PowerShot. Di satu sisi, ini menyenangkan karena kamera bisa dimasukkan ke saku baju atau tas kamera tanpa mengganggu. Namun ketipisan badan akibat absennya grip ini menyebabkan kurang mantapnya genggaman kamera. Agak sulit mengoperasikan kamera dengan satu tangan.
Mirip Ixus, PowerShot A2000IS meniadakan viewfinder—sesuatu yang bermanfaat, tetapi biasanya jarang dimanfaatkan. Sebagai gantinya, hadir LCD 3” yang menyita tigaperempat bagian belakang badan kamera. Di layar dengan sudut pandang yang lebar dari kiri ke kanan ini, segala sesuatunya tampak jelas dan jernih nyaris. Sayang di luar ruang pada saat matahari cukup terik, layar tersebut masih kurang mumpuni—sehingga kami kembali mendambakan adanya viewfinder.
Laiknya seri PowerShot tipe A, 2000IS bisa dioperasikan tanpa mengerutkan kening berkat fasilitas yang nyaris serba otomatis. Untuk bidikan serba otomatis, ada tambahan baru, yakni moda Easy (icon hati merah pada Dial Mode). Pada moda ini, semua pengaturan akan dilakukan kamera. Yang tersisa hanyalah pilihan untuk mengaktifkan/nonaktifkan blitz. O ya, terkait dengan blitz, waktu pengisian ulang blitz kini sudah lebih cepat, sekitar 4 detik.
Olympus mju1060
Produsen kamera sepertinya saling berlomba memunculkan beragam kamera digital mereka untuk memperluas produk di mata konsumen. Namun seringkali seri awal dan kelanjutnya memiliki fitur yang sama. Kalau pun berbeda, seringkali hanya pada hal yang kurang berarti seperti penambahan resolusi. Begitu seri mju 1060 dari Olympus ini. Pada dasarnya, teknologi dan fitur model ini sama dengan seri sebelumnya. Namun, mju 1060 hadir tidak hanya dengan resolusi 10 megapixel, melainkan juga dengan kemampuan zoom optis yang lebih tinggi dibandingkan produk sekelasnya.
Mju 1060 masih menyertakan fungsi-fungsi standar kamera digital termasuk juga fitur scene untuk membantu membidik obyek sesuai kondisi tertentu. Terdapat 21 skema pemotretan sesuai kondisi lapangan, beberapa di antaranya bahkan berbeda dibandingkan kompetitor kebanyakan. Beberapa scene unik ini bisa dtemui pada skema “Behind the Glass” untuk memotret benda di belakang kaca atau etalase, “Documents” untuk memotret tulisan atau surat-surat penting, “Auction” untuk memotret barang-barang yang dilelang, dan “Smile Shot” yang memungkinkan kamera memotret secara otomatis ketika orang yang menjadi obyek foto tersenyum. Unik bukan?