VIVAnews – Dua astronot China, Nie Haisheng dan Zhai Zhigang, membagi pengalaman mereka saat bekerja di ruang bergravitasi nol. Seorang astronot dituntut kemampuan untuk beradaptasi dalam kondisi ini.
“Manusia sulit dalam kondisi gravitasi nol. Jadi, harus menyesuaikan diri dengan kondisi baru,” kata Zhai di Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek), Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Sabtu, 16 Oktober 2010.
Kepada sekitar 500 pelajar yang hadir, Zhai Zhigang dan Nie Haisheng, menceritakan pengalaman mereka. Menurut Zhai, jika manusia tak bisa menyesuaikan diri dengan gravitasi nol ini, akan menimbulkan berbagai penyakit seperti ketika orang dilanda mabuk laut atau mabuk naik mobil.
Selain itu, bekerja pada gravitasi nol juga sangatlah sulit. Untuk dapat melakukannya harus benar-benar menguasai dan terbiasa. Dia mencontohkan, pekerjaan yang sangat mudah sekalipun seperti membuka sekrup jadi begitu sukar dilakukan.
“Malah, bisa-bisa saya yang berputar. Bekerja di gravitasi nol sangat berbeda dengan pekerjaan di bumi,” kata dia disambut tawa hadirin.
Zhai juga menegaskan sumber daya di luar angkasa merupakan milik bersama umat manusia. Siapapun dapat mengeksploitasinya. “Mengeksploitasi luar angkasa merupakan keinginan bersama umat manusia,” ucapnya.
Dia juga mengutakaran keyakinannya para pemuda Indonesia suatu saat dapat ikut mewujudkan impian itu.
“Saya yakin, di masa depan pasti ada tim luar angkasa dari Indonesia dan menjalankan misi ini bersama-sama. Saya mengharapkan pelajar Indonesia wajib belajar dengan keras agar pada suatu hari nanti bisa menjadi astronot dan keluar angkasa.”
Hadir dalam kunjungan itu antara lain Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata, Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qi Yue, dan Ketua Lembaga Kerjasama Ekonomi, Sosial dan Budaya Indonesia-Cina, Sukamdani Sahid Gitosardjono. (kd)
• VIVAnews ‘+ ‘‘+ ‘‘+ ”+ ‘Silahkan mengisi kode pengaman yang sesuai dengan gambar di atas.‘+ ”+ ”+ ”+ ” ); clicked++; $(“[id^=replyButton_]*”).click(function(){ var captchaCode = $(“[id^=captcha_code_]*”).val(); var textReply = $(“[id^=comment_2_]*”).val(); $.ajax({ type: “POST”, url: “/comment/insertReply/”, data: “captcha_code=” + captchaCode + “&comment_reply=” + textReply + “&parent_id=” + divId + “&article_id=” + articleId, success: function(msg){ $(‘#replyBox_’ + divId).remove(); $(‘#replyAlert_’ + divId).html(msg); } }); }); if(clicked==1){ $(“[id^=replyLink_]*”).click(function(){ $(‘#replyBox_’ + divId).hide(); }); } }); }); $(“[id^=moreLink_]*”).click(function(){ var currentId = $(this).attr(‘id’); var divIds = currentId.split(“_”, 3); var divId = divIds[1]; var clicked = 0; $(‘#moreBox_’ + divId).show(function(){ clicked++; $.ajax({ type: “POST”, url: “/comment/moreComment/”, data: “parent_id=” + divId + “&article_id=” + articleId, success: function(msg){ //$(‘#moreBox_’ + divId).html(msg); $(‘#replyContent_’ + divId).html(msg); //alert(msg + ‘-‘ +articleId + ‘a’); } }); }); if(clicked==1){ $(“[id^=moreLink_]*”).click(function(){ //$(‘#moreBox_’ + divId).hide(); $(‘#replyContent_’ + divId).hide(); }); } }); });