Setelah pernah menguji Toshiba Portege M300 beberapa waktu lalu, kami jadi terbiasa ketika melihat notebook Portege M800 ini. Maklum, kedua notebook tersebut memiliki desain dan bentuk yang sama, termasuk penggunaan teknologi Fusion Finish yang membuat permukaan notebook ini terlihat glossy dan mengilat. Awalnya kami cukup menyukai tampilan glamour tersebut, namun belakangan menjadi agak terganggu juga. Pasalnya tampilan glossy tersebut tersebar di seluruh permukaan notebook, termasuk palmrest (sandaran tangan) dan keyboard. Padahal seperti Anda tahu, bahan glossy seperti ini sangat mudah menangkap sidik jari. Alhasil Anda harus sering-sering mengelap notebook ini jika tidak ingin dianggap jorok.
Meski berada di kelas ultraportabel, Portege M800 memiliki karakteristik berbeda dibanding notebook lain yang kami bahas sebelumnya. Dari pemilihan prosesornya (Intel Core 2 Duo T6400, 2GHz), terlihat kalau notebook ini ditujukan untuk road warrior yang menginginkan notebook bertenaga. Hal ini juga terlihat dari deretan fasilitas yang tersedia. Contohnya port eSATA untuk transfer data berkecepatan tinggi dan pemindai sidik jari di antara tombol touchpad. Fasilitas lain adalah Express Card, DVD Writer, FireWire, dan 3 port USB. Pendek kata, Toshiba Portege M800 adalah salah notebook ultraportabel paling lengkap saat ini. Salah satu kebiasaan baik yang kami suka dari Toshiba adalah mencantumkan label pada semua port dan konektor. Label ini ditempatkan di sisi atas sehingga Anda tidak perlu memiringkan notebook untuk mencari-cari konektor yang Anda butuhkan. Satu hal yang menarik adalah, label untuk port USB ditandai dengan tanda petir. Ternyata, label ini bermakna port USB tersebut mendukung sleep-n-charge. Artinya meski notebook dalam keadaan mati, kita masih bisa menggunakan daya baterainya untuk mengisi perangkat USB seperti MP3 Player.
Jika Anda agak paranoid terhadap kerahasiaan data, Portege M800 punya berbagai cara untuk menjaganya. Selain pemindai sidik jari, webcam notebook ini juga bisa dimanfaatkan untuk face recognition saat login. Jadi setelah di-setup, webcam ini akan melakukan pemindaian setiap kali kita login. Hanya wajah yang dikenal saja yang diijinkan masuk ke sistem operasi. Jangan khawatir, wajah yang “diingat” fasilitas yang disebut SmartFace Technology ini juga bisa lebih dari satu.
Penggunaan notebook ini terasa cukup memuaskan. Kami tidak merasakan paparan panas yang mengganggu meski menggunakan notebook ini untuk waktu lama. Namun kami harus membiasakan diri dengan tombol keyboard-nya yang terasa terlalu membal. Ini membuat jari-jemari kami beberapa kali terpental karena membalnya sehingga sedikit mengganggu ritme saat mengetik.
Performanya sendiri cukup bisa diandalkan. Meski tidak secepat Byon S8530, notebook ini lebih baik dibanding notebook lain yang kami uji kali ini. Sayangnya performa bagus tersebut harus dibayar dengan konsumsi daya yang boros. Ini terlihat dari durasi pada mode baterai yang cuma bertahan 54 menit pada pengujian Battery Eater.
Sumber: Info.Komputer